Selasa, 04 Agustus 2009

Sebuah Puisi Untuk Ibu, berawal dari sebuah pelajaran

Berawal dari sebuah pelajaran di sekolahku yaitu Bhs. Indonesia. Mata pelajaran ini sesungguhnya adalah pelajaran dari bahasa pemersatu negaraku ini, yaitu BAHASA INDONESIA. Dari dulu sulit sekali aku memahami akan pelajaran ini, mungkin karena kesulitan ku dalam menanggap pelajaran ini. Materinya yang ringan namun banyak yang menguras pemahaman serta nalar yang tinggi, apalagi jika materi tentang "majas-majas" hmmmm..... sangat memeras otakku ini. Kebetulan matapelajaran ini adalah salah satu mata pelajaran yang selalu diujikan pada saat ujian akhir nasional. Mau tidak mau aku harus berusaha dan mau menerima dalam mempelajari pelajaran yang satu ini. Apalagi aku sebagai warga negara Indonesia, sangat malu jika tidak dapat berbicara atau tidak tahu akan bahasa bangsanya sendiri. Mungkin kesulitan ini adalah penyebab karena aku yang selalu acuh dan jarang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Kebetulan sekarang aku sudah duduk di kelas XII, itu artinya sebentar lagi aku akan menjalani Ujian Akhir Nasional , dimana pelajaran inilah salah satu yang akan diujikan. Guru bahasaku saat ini adalah Ibu. Eintin , beliau adalah guru yang sangat pandai dalam penggunaan kata dan kalimat yang baik dan benar ,bahkan bahasanya pun sangat indah saat beliau berbicara. Beliau selalu mengajarkan kepada murid-muridnya untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik. Setiap kata dan kalimat yang terucap darinya membuat hati begitu tersentuh. Nah, kemarin Beliau memberikan tugas, semua murid dikelasku harus membuat sebuah puisi atau syair dengan bertemakan " IBU ". Sejenak aku terfikir, mungkin ini akan menjadi tugas yang sangat berat bagiku, karena membuat puisi untuk seorang IBU itu tidak mudah, sulit menggambarkan apa yang akan dikatakan dengan kalimat yang terindah dan bermakna dalam. Akupun berusaha untuk membuat puisi tentang "IBU", sungguh sulitnya tugas ini, membuat puisi untuk IBU tak semudah membuat puisi untuk seorang kekasih. Apalagi membuat puisi tak selamanya inspirasi datang tepat waktu, karena inspirasi selalu datang dengan tiba-tiba, datang tak dijemput, pulangpun tak di antar ( hehehee emang jelangkung ). Setelah aku berusaha dan mencoba untuk menggoreskan tinta disetiap baris kertas putih, terciptalah puisi yang akan aku persembahkan untuk sang IBU. Mungkin puisi ini jauh dari kata Indah, tapi usahaku ini cukup membuatku puas.
Berikut adalah puisi hasil karyaku, yang jauh dari kata Indah :

MASIH ADAKAH SURGA UNTUKKU ???

Bunda,,,
Begitu malu diriku padamu
Tak pernah terfikir oleh ku
Pengorbananmu yang begitu besar dan abadi
Kasih sayangmu yang tak pernah putus dan kekal

Tak pernah bosan kau kumandangkan doa demi doa untuk ku
Yang selalu kau lantunkan disetiap detik hidupku
Tak sedikit nasihat indahmu kau curahkan di setiap hembusan nafasku
Isyarat demi isyarat selalu kau berikan
Saat aku terhenti dalam perihnya perjalanan hidup

Tapi apa yang selalu ku lakukan untukmu Bunda..?
Jangankan membalas kasih sayangmu,
Untuk mengerti pun aku tak pernah mau
Kata-kata kasarlah yang selalu keluar dari mulutku
Keangkuhan dirilah yang selalu ada dalam diriku
Memaksa, membantah, mengeluh
Adalah secuil dari apa yang selalu ku lakukan padamu

Bunda,,,,
Setiap kata dan kalimat yang terucap darimu
Adalah obat yang tak ternilai disaat ku terpuruk
Kata-katamu laksana embun di padang gersang nuraniku
memberiku setitik cahaya dalam kekalutan berfikirku
Kau labuhkan hatimu untukku, dengan tulus tak berpamrih


Kau terdiam diantara keheningan malam
Kerudung putih nan suci menemanimu dalam kedamaian hati
Tak henti-hentinya senandung doa terucap
Tak pernah lelah kau meminta pada-Nya
Hanya untuk ku

Butir-butir kristal suci menetes di kerudung putihmu
Membasahi wajahmu yang begitu bersinar
Seketika Membutku Ku terpaku
Ingin sekali rasanya jiwa dan raga ini memelukmu
Merasakan kedamaian dalam kelembutan kasih sayang mu
Namun, aku begitu kotor untuk kau sayangi
Aku bukanlah anak yang shaleh yang seperti kau harapkan

Bunda,,,,
Aku begitu durhaka pada mu
Masih adakah surga ditelapak kakimu untuk ku ?
Bunda,,,,
Maafkanlah diriku yang kotor ini
Aku tak ingin menjadi hamba-Nya yang begitu banyak berlumur dosa
Menjadi penghuni neraka yang abadi.






Goresan Tinta : M. Abdul Mutholib / XII Restoran 3

Tidak ada komentar: